Sunday, October 12, 2008

FAO Sarankan Pantau Penularan Virus AI Lewat Kucing

Kapanlagi.com - Meski belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa kucing yang terinfeksi virus flu burung (Avian Influenza/AI) dapat menularkan virusnya kepada manusia namun Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (Food and Agriculture Organization/FAO) menyarankan agar penularan virus AI pada kucing juga terus dipantau.

Pernyataan FAO dalam siaran pers di situs resminya, Jumat, itu disampaikan menyusul adanya laporan mengenai infeksi virus flu burung pada kucing di sejumlah negara jangkitan flu burung seperti Indonesia, Irak, Thailand, Federasi Rusia, Uni Eropa dan Turki.

"Kasus penyakit pada kucing harus terus dipantau karena kematian yang tidak biasa pada kucing bisa jadi akibat penularan virus H5N1. Infeksi pada kucing juga bisa menjadi tanda peringatan awal adanya penularan virus. Oleh karena itu pengamatan kesehatan kucing juga harus menjadi bagian dari sistem surveilans di daerah jangkitan," kata Staf Kesehatan Hewan FAO, Peter Roeder.

Menurut FAO, sebagai bagian dari kewaspadaan kucing-kucing di daerah yang unggasnya terinfeksi virus AI H5N1 sebaiknya segera dipisahkan dari unggas atau burung yang telah terinfeksi.

Dengan alasan itu pula, FAO menyarankan, di kawasan peternakan unggas komersial, kucing sebaiknya dipelihara di dalam rumah.

"Ini harus diperhatikan, bukan hanya karena kucing bisa berlaku sebagai inang perantara dalam penyebaran virus H5N1 virus antar spesies tetapi juga karena pertumbuhannya pada kucing mungkin bisa menyebabkan virus H5N1 beradaptasi dan menjadi strain yang lebih infektif yang dapat memicu pandemi influenza," kata Asisten Direktur Jenderal FAO Alexander Muller.

Namun lembaga itu tidak menyarankan dilakukannya pembunuhan terhadap kucing sebagai pilihan upaya pengendalian infeksi virus karena hingga saat ini hewan tersebut belum terbukti dapat menularkan virus secara berlanjut.

Selain itu, menurut FAO, memindahkan kucing dikhawatirkan dapat memberi peluang berkembangnya hewan pengerat seperti tikus, hama pertanian yang dapat menularkan penyakit kepada manusia.

Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa menurut sejumlah studi, kucing dapat terinfeksi karena mengonsumsi unggas atau burung yang sakit dan akibatnya kucing bisa sakit parah serta mati. Virus AI juga ditemukan pada saluran pencernaan dan pernafasan kucing-kucing yang terinfeksi dan mati.

"Namun temuan yang dilaporkan di Indonesia pada Januari menunjukkan bahwa sekitar 80 persen kucing di daerah jangkitan belum terinfeksi. Ini mengindikasikan bahwa kucing sepertinya bukan penampung virus. Kucing lebih mirip sebagai inang akhir virus," kata Roeder.

Dia mengatakan FAO bekerja sama dengan ilmuwan dan lembaga penelitian di negara-negara jangkitan akan melakukan studi lapangan di wilayah Jawa, Indonesia, dimana virus H5N1 berjangkit dan kucing-kucing mati, untuk meneliti peran binatang tersebut dalam penularan virus flu burung.

"Penelitian ini selanjutnya juga akan diperluas ke wilayah Indonesia yang lain dan negara lain. Kita memerlukan studi eksperimental supaya bisa lebih memahami proses biologis infeksi H5N1 pada kucing, termasuk yang paling penting berapa lama virus itu bisa bertahan di tubuh binatang yang terinfeksi itu," demikian Roeder.

No comments: